Contoh Skripsi : Analisis Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Daerah Pasca Desentralisasi Fiskal di Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk
pengaruh dana perimbangan yang merupakan inti dari pemberlakuan desentralisasi
fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar daerah di
Indonesia pada periode tahun 2001 sampai 2003. Penelitian menggunakan analisis
panel data dengan model regresi fixed
effect dan metode Generelized Least
Square (GLS).
Dana perimbangan terdiri dari
dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum, dan
dana alokasi khusus. Implikasi dari financial
sharing, pemerintah pusat memberikan bagi hasil pajak dan bagi hasil sumber
daya alam pada daerah yang bertujuan untuk mengurangi ketimpangan vertikal.
Distribusi sumber daya alam dan pajak tidak merata disemua daerah. Oleh sebab
itu, pemerintah pusat memberikan dana alokasi umum yang bertujuan untuk fiscal equalizations dan mengurangi
kesenjangan antar daerah. Pemerintah pusat juga memberikan dana alokasi khusus
pada daerah yang dianggap kurang mampu membiayai kegiatannya dari penerimaan
daerahnya sendiri.
Hasil dari penelitian ini
adalah: (1) Kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah tetapi nilai pertumbuhan yang dihasilkan relatif rendah. (2)
Dana bagi hasil pajak meningkatkan disparitas antar daerah sedangkan dana
alokasi umum yang berfungsi sebagai pemerata fiskal belum berpengaruh dalam
meminimalisasi disparitas pendapatan antar daerah.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
|
|
i |
||||
ABSTRACT |
|
ii |
||||
KATA PENGANTAR |
|
iii |
||||
DAFTAR ISI |
|
vi |
||||
DAFTAR TABEL |
|
ix |
||||
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR |
|
x |
||||
BAB I PENDAHULUAN
|
|
|
||||
|
1.1 |
Latar
Belakang |
1 |
|||
|
1.2 |
Identifikasi
Masalah |
6 |
|||
|
1.3 |
Maksud dan Tujuan Penelitian |
7 |
|||
|
1.4 |
Manfaat Penelitian |
7 |
|||
|
1.5 |
Kerangka Pemikiran |
8 |
|||
|
|
1.5.1 |
Konsep Desentralisasi Fiskal
dan Dana Perimbangan (Intergovernmental Transfer) |
8 |
||
|
|
1.5.2 |
Pertumbuhan Ekonomi dan
Disparitas Pendapatan Antar Daerah di Indonesia |
12 |
||
|
1.6 |
MetodePenelitian |
18 |
|||
|
|
1.6.1 |
Ruang Lingkup Penelitian |
18 |
||
|
|
1.6.2 |
Metode Pengumpulan Data |
19 |
||
|
|
1.6.3 |
Metode Analisis |
19 |
||
|
|
1.6.4 |
Hipotesa |
24 |
||
|
|
1.6.5 |
Pengujian Statistik |
24 |
||
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
|||||
|
|
2.1 |
Teori Desentralisasi dan
Keuangan Pusat dan Daerah |
24 |
||
|
|
|
2.1.1 Pengertian dan Konsep
Desentralisasi |
26 |
||
|
|
|
2.1.2 Pengertian dan Konsep
Dana Perimbangan |
29 |
||
|
|
|
2.1.3 Tinjauan Umum Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah (Tinjauan UU No. 25/1999 dan UU No.
33/2004) |
36 |
||
|
|
2.2 |
Pertumbuhan Ekonomi dan
Disparitas Pendapatan Antar Daerah |
41 |
||
|
|
|
2.2.1
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi |
41 |
||
|
|
|
2.2.2 Pengertian Disparitas Pendapatan Antar
Daerah |
43 |
||
|
|
2.3 |
Tinjauan
Empiris (Penelitian tentang Desentralisasi Fiskal) |
46 |
||
|
|
|
2.3.1 Penelitian Desentralisasi
Fiskal di Amerika Serikat dan |
|||
|
|
|
2.3.2 Penelitian Desentralisasi
Fiskal di Indonesia
49 |
|||
BAB III OBJEK PENELITIAN
|
|
|||||
|
|
3.1 |
Laju Pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto |
54 |
||
|
|
3.2 |
Gini Ratio |
58 |
||
|
|
3.3 |
Dana Bagi Hasil |
61 |
||
|
|
3.4 |
Dana Alokasi Umum |
63 |
||
|
|
3.5 |
Dana Alokasi Khusus |
65 |
||
|
|
3.6 |
Tingkat Pendidikan |
66 |
||
|
|
3.7 |
Pendapatan Asli Daerah |
68 |
||
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
|||||
|
|
4.1 |
Metode Estimasi Model 71 |
|||
|
|
4.2 |
Analisis Hasil Regresi 73 |
|||
|
|
|
4.2.1 Model I : Pengaruh
Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi 73 |
|||
|
|
|
4.2.2 Model II : Pengaruh
Desentralisasi Fiskal terhadap Disparitas Pendapatan Antar Daerah 81 |
|||
|
|
4.3 |
Analisis Statistik
88 |
|||
|
|
|
4.3.1 Uji Koefisien Determinasi 88 |
|||
|
|
|
4.3.2 Uji Parsial (t-stat) 89 |
|||
|
|
|
4.3.3 Uji Keseluruhan (F-stat) 93 |
|||
|
|
|
4.3.4 Uji Autokorelasi 95 |
|||
|
|
4.4 |
Analisis Ekonomi
97 |
|||
|
|
|
4.4.1 Analisis Ekonomi Model
Pertumbuhan Ekonomi 98 |
|||
|
|
|
4.4.2 Analisis Ekonomi Model
Disparitas Pendapatan Antar Daerah
100 |
|||
|
|
|
4.4.3 Kesimpulan Analisis
Ekonomi 101 |
|||
BAB V KESIMPULAN
103 |
||||||
DAFTAR
PUSTAKA
|
107 |
|||||
LAMPIRAN
|
110 |
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan daerah – sebagai
bagian integral dari pembangunan nasional – pada hakekatnya adalah upaya untuk
meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan
yang handal dan profesional dalam menjalankan pemerintahan serta memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat. Pembangunan daerah juga berarti memampukan
daerah untuk mengelola sumber daya ekonominya secara berdaya guna dan berhasil
guna untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan daerah dapat
dilakukan melalui dua pendekatan, yakni pertama, pendekatan sentralisasi dan
kedua, pendekatan desentralisasi. Pendekatan
sentralisasi mengandung arti bahwa pelaksanaan pembangunan sepenuhnya
merupakan wewenang pusat dan dilaksanakan oleh para birokrat di pusat.
Sedangkan pendekatan desentralisasi mengandung arti bahwa pembangunan daerah –
melalui desentralisasi atau otonomi daerah – memberikan peluang dan kesempatan
bagi terwujudnya pemerintahan yang bersih dan baik (good governance) di daerah. Artinya pelaksanaan tugas pemerintah
daerah harus didasarkan atas prinsip efektif, efisien, partisipatif, terbuka (transparency), dan akuntabilitas (accountability).
Kebijakan dan tugas umum
pemerintahan serta implementasi pembangunan di daerah di masa lampau merupakan
wewenang dan tanggung jawab penuh dari pemerintah pusat, Jakarta. Kewenangan
pemerintah pusat yang sangat besar tersebut ternyata tidak hanya berdampak positif
bagi pembangunan, tetapi disadari juga menimbulkan efek negatif antara lain
pertumbuhan ekonomi daerah atau produk domestik regional bruto (gross domestic regional product) yang
relatif sangat lamban, serta panjangnya birokrasi pelayanan publik karena harus
menunggu petunjuk dari para pejabat pusat.
Kebijakan dan terkonsentrasinya
pembangunan dan pelayanan publik terutama di pulau jawa menimbulkan kesenjangan
perekonomian antar daerah di tanah air. Berbagai infrastruktur cukup memadai di
wilayah Jawa. Berbeda dengan wilayah luar Pulau Jawa misalnya Kawasan Timur
Indonesia (KTI). Ketimpangan (disparity)
pembangunan antara Jawa dan luar Jawa – misalnya – merupakan salah satu
implikasi negatif dari kebijakan pemerintah yang terpusat (centralized). Oleh karena itu, wajar bila pergerakan ekonomi dan
perputaran modal relatif lebih besar dan lebih cepat di Pulau Jawa dibandingkan
dengan luar Pulau Jawa.[1]
Jika dikaji dari sisi luas
wilayah Indonesia dan cakupan bidang pemerintahan, maka besarnya kekuasaan atau
wewenang pemerintah pusat dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan
daerah dari waktu ke waktu cenderung tidak lagi efektif. Tidak dapat dipungkiri
pula bahwa keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki pusat juga mempengaruhi
intensitas penyelenggaraan pelayanan publik dan pembangunan di daerah-daerah.
Otonomi daerah merupakan
solusi alternatif dalam mengatasi berbagai permasalahan di atas. Indonesia
memasuki era otonomi daerah sejak tanggal 1 Januari 2001. Pelaksanaan otonomi
daerah mengacu pada UU nomor 22 tahun 1999 mengenai pembagian kewenangan dan
fungsi (power sharing) antara
pemerintah pusat dan daerah dan UU nomor 25
tahun 1999 mengenai perimbangan keuangan pusat dan daerah yaitu
pengaturan pembagian sumber-sumber daya keuangan (financial sharing) antara pusat-daerah sebagai konsekuensi dari
adanya pembagian kewenangan tersebut.
Kondisi
ini membawa implikasi pada pelimpahan kewenangan antara pusat dan daerah dalam
berbagai bidang. Dengan adanya otonomi daerah, maka terjadi desentralisasi yang
menyangkut pengelolaan keuangan daerah, perencanaan ekonomi (termasuk menyusun program-program
pembangunan daerah) dan perencanaan lainnya yang dilimpahkan dari pusat ke
daerah. Pemerintah daerah memiliki kewenangan yang luas dalam mengatur sumber daya yang ada untuk meningkatkan
kemajuan dan kemakmuran masyarakat.
Di
era otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan mampu melakukan alokasi sumber
daya yang efisien. Kemampuan daerah untuk mengelola sumber daya secara efisien
tercermin dari kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah daerah selaku
perencana, dimana hal ini akan membawa dampak pada keberhasilan ekonomi daerah
secara optimal. Dengan adanya otonomi, setiap daerah diharapkan mampu
mengembangkan potensi baik sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya untuk
meningkatkan kemakmuran bagi seluruh masyarakat daerah. Dengan kata lain, bahwa
otonomi daerah menuntut adanya suatu kemandirian daerah didalam berbagai aspek
terutama aspek perencanaan, keuangan, dan pelaksanaan. [2]
Desentralisasi fiskal,
merupakan salah satu komponen utama dari otonomi daerah. Apabila pemerintah
daerah melaksanakan fugsinya secara efektif, dan diberikan kebebasan dalam
pengambilan keputusan penyediaan pelayanan di sektor publik, maka mereka harus
didukung sumber-sumber keuangan yang memadai baik berasal dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), pinjaman, maupun dana perimbangan dari pemerintah pusat.
Kebijakan desentralisasi fiskal di
Indonesia sesuai dengan UU Nomor 22 tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 serta
UU-APBN, pada dasarnya bertujuan untuk[3]
:
- Kesinambungan
kebijaksanaan fiskal (Fiscal Sustainability) dalam konteks
kebijaksanaan ekonomi makro.
- Mengoreksi vertical
imbalance, yaitu untuk memperkecil ketimpangan yang terjadi antara
keuangan pemerintah pusat dan keuangan daerah yang dilakukan dengan
memperbesar taxing power daerah.
Sebagai gambaran seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.1 dan Gambar 1.1,
dimana dalam tahun 2001 taxing power
daerah di Indonesia relatif masih rendah yaitu sekitar 5,30% dari
konsolidasi APBN dan APBD dibandingkan dengan negara-negara sedang berkembang,
negara-negara transisi, dan negara-negara OECD.
[1] Juli Panglima Saragih, “
Desentralisasi Fiskal dan Keuangan daerah Dalam Otonomi “, Penerbit Ghalia
[2] Teguh Dartanto, “Dampak
Desentralisasi Fiskal di
[3] Machfud Sidik, DirJen
INGIN MEMILIKI FILE CONTOH SKRIPSI INI?? HANYA DENGAN RP. 35.OOO,
ORDER VIA CHAT WA.
NOMOR FILE SKRIPSI : skripsi ekonomi 2
Komentar
Posting Komentar