Contoh skripsi: Angkringan dan Mahasiswa” (Suatu studi tentang Pemaknaan Angkringan Oleh Para Mahasiswa Unsoed).
RINGKASAN
Keterbatasan pertumbuhan sektor modern dalam menyerap tenaga kerja mengakibatkan mereka yang tidak dapat diserap oleh sektor industri modern mencari alternatif penghasilan diluar sektor tersebut. Muncul kemudian apa yang disebut dengan sektor informal. Sektor informal sebagai fenomena yang khas di negara-negara berkembang bisa berupa kegiatan produksi dan distribusi barang maupun jasa. Misalnya saja pedagang kaki lima, pedagang asongan, rentenir, tukang kredit dan unit-unit kegiatan lainnya. Salah satu contoh pedagang kaki lima yang akan dibahas disini ialah pedagang angkringan.
Penelitian ini berjudul ”Angkringan dan Mahasiswa” yang bertujuan untuk mengetahui makna angkringan oleh mahasiswa dan motivasi mahasiswa makan di angkringan.
Penelitian ini mengambil lokasi angkringan yang terletak di sekitar lingkungan kampus Unsoed Purwokerto. Sasaran dari penelitian ini mencakup dua hal pertama mahasiswa yang intens melakukan aktivitas nongkrong di angkringan. Yang kedua para penjual angkringan dalam memberikan informasi tambahan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengambilan informan yang digunakan adalah purposive sampling dengan mengambil informan tujuh (tujuh) orang informan di tambah satu informan pendukung yaitu penjual angkringan. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif.
Hasil dari penelitian ini bahwa mahasiswa dalam memaknai warung angkringan sangat beragam. Ada yang memaknai angkringan yang suasana yang tradisional dan nyaman, suasana yang berbeda dari warung lainnya, sebagai tempat nongkrong lintas batas, sebagai tempat refreshing, arena diskusi dan tempat kenangan. Pada prinsipnya setiap makna yang keluar dari insani dapat diterima oleh insani yang lainnya. Dari segi motivasi mahasiswa datang ke angkringan yaitu dorongan rasa senang, dorongan dan kebutuhan untuk mencari teman, mencari suasana yang berbeda yang ada di warung angkringan dan adanya rasa bosan makan di tempat yang suasananya mewah atau modern.
Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut angkringan telah memberikan semacam peluang bisnis bagi masyarakat kelas menengah kebawah. Adanya pemberdayaan angkringan dan perkumpulan para penjual angkringan agar mempererat tali persaudaraan antar penjual angkringan.
DAFTAR ISI
Halaman
UCAPAN TERIMA KASIH...............................................................................I-II
MOTTO................................................................................................................III
KATA PENGANTAR......................................................................................... IV-V
DAFTAR ISI........................................................................................................VI-VII
DAFTAR TABEL................................................................................................VIII
DAFTAR BAGAN................................................................................................IX
RINGKASAN....................................................................................................... X
SUMMARY...........................................................................................................XI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan 1
B. Perumusan Masalah 10
C. Tujuan Penelitian 11
D. Manfaat Penelitian 11
BAB II. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A.Landasan Teori 13
B. Tinjauan Pustaka 17
1.Pengertian Angkringan dan Sejarahnya 17
2.Aktivitas Pedagang Angkringan dan Pembeli (mahasiswa) 19
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian 21
B Lokasi Penelitian 22
C. Penentuan Satuan Kajian (Unit Of Analysis) dan
Teknik Penentuan Informan 23
D. Sasaran Penelitian 24
E. Teknik Pengumpulan Data 24
1. Observasi 24
2. Wawancara 25
3. Dokumentasi 26
F. Teknik Analisis Data............................................................................. 26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Lokasi Penelitian 28
B. Sejarah Singkat Universitas Jenderal Soedirman.................................. 30
C. Perkembangan Unsoed dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan
Sektor Informal di Sekitar Kampus 33
D. Munculnya Pedagang Angkringan di Purwokerto 35
E. Proses Penelitian.................................................................................. 38
F. Karekteristik Informan......................................................................... 39
G. Pemaknaan Mahasiswa Terhadap Warung Angkringan....................... 43
1. Suasana Warung Angkringan........................................................... 45
2. Tempat Nongkrong Lintas Batas...................................................... 49
3. Tempat Refreshing........................................................................... 53
4. Sebagai Tempat Kenangan................................................................ 54
5. Arena Diskusi bersama teman.......................................................... 55
H. Motivasi Mahasiswa Untuk Makan di Angkringan............................... 57
1. Dorongan Mahasiswa Makan di Warung Angkringan...................... 58
2. Kebutuhan Mahasiswa Datang ke Warung Angkringan.................... 61
I. Menelusuri Makna Angkringan Lebih Dalam
Secara Sosiologis .................................................................................... 65
Masyarakat Konsumsi.............................................................................. 67
Angkringan dan Gaya Hidup Etnisitas..................................................... 71
Angkringan, Bukan Sekedar Warung....................................................... 73
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ... 75
B. Implikasi 77
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Nama Pedagang Angkringan di Purwokerto 5
2 Karakter Informan Berdasar Tempat Tinggal,
Jurusan, Tahun Angkatan,Umur, Jenis Kelamin,
Asal Daerah dan Uang Saku Per Bulan........................................................... 40
3. Pemaknaan Mahasiswa Terhadap Warung Angkringan...................................57
4. Motivasi Informan Datang ke Angkringan...................................................... 64
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tuntutan mengenai tingkat kesejahteraan hidup manusia yang optimal memang merupakan tuntutan universal bagi seluruh manusia. Ketidakseimbangan antara needs dan resources adalah fenomena universal yang disebabkan oleh kecepatan pertumbuhan penduduk yang diikuti kebutuhan hidup yang melaju lebih cepat dibandingkan dengan ketersediaan sumber-sumber kebutuhan hidup. Hal ini juga berkaitan dengan pencari kerja yang semakin bertambah banyak dan disisi lain tidak diikuti dengan ketersedian lapangan kerja baru.
Keterbatasan pertumbuhan sektor modern dalam menyerap tenaga kerja mengakibatkan mereka yang tidak dapat diserap oleh sektor industri modern mencari alternatif lain dalam mencari pekerjaan di luar sektor tersebut. munculah kemudian apa yang disebut dengan sektor informal. Istilah sektor informal itu sendiri pertama kali dilontarkan oleh Keith Hart yang dituangkannya pada penelitiannya di Ghana pada tahun 1973. Ia mengungkapkan bahwa kesempatan memperoleh penghasilan di kota tidaklah selalu diidentikkan dengan proses industrialisasi yang serba canggih tetapi terdapat pula kegiatan ekonomi yang tidak terorganisir yaitu sektor informal. Meluasnya migrasi penduduk dari desa menuju kota sebagai akibat terkonsentrasinya pembangunan ekonomi di kota-kota besar semakin menjadikan sektor informal pada posisi strategis sebagai ruang yang menyediakan peluang ekonomi bagi masyarakat marginal. Di sini sektor informal justru dapat berfungsi sebagai katup penyelamat yang dapat meredam ledakan sosial sebagai akibat meningkatnya pencari kerja baik dalam kota maupun pendatang dari desa. Bahkan lebih jauh lagi, Hernando de Soto melihat sektor informal justru merupakan kekuatan tersembunyi untuk memperbaiki sistem ekonomi pasar yang tidak aksesibel (Hernando de Soto,88:1991).
Sektor informal sendiri tidak dapat dilepaskan dari proses pembangunan. Terdapat dua pemikiran yang berkembang dalam memahami kaitan antara pembangunan dan sektor informal Pertama: Pemikiran yang menekankan bahwa kehadiran sektor informal sebagai gejala transisi dalam proses pembangunan di Negara sedang berkembang. Sektor informal adalah tahapan yang harus dilalui dalam menuju tahapan modern, pandangan ini berpendapat bahwa sektor informal berangsur-angsur akan berkembang menjadi sektor formal seiring dengan meningkatnya pembangunan. Berarti keberadaan sektor informal merupakan gejala sementara dan akan terkoreksi oleh keberhasilan pembangunan. Kedua: Pemikiran kedua berpendapat bahwa kehadiran sektor informal merupakan gejala adanya ketidakseimbangan kebijaksanan pembangunan, kehadiran sektor informal dipandang sebagai akibat kebijaksanaan pembangunan yang dalam banyak hal lebih berat pada sektor modern (perkotaan) atau industri dari pada sektor tradisional (pertanian). Sektor informal akan terus hadir dalam proses pembangunan selama sektor tradisional tidak mengalami perkembangan (Tadjuddin Noer Effendi: 77:1993).
Sektor informal pada umumnya dimasuki oleh kaum migran kota yang tidak mempunyai akses untuk memperoleh penghasilan pada sektor formal karena keterbatasan keahlian dan pengalaman yang disyarakatkan sektor formal. Sethuraman menemukan bahwa mereka yang terlibat dalam sektor informal pada umumnya miskin, kebanyakan dalam usia kerja utama (primer age), berpendidikan rendah, upah yang diterima di bawah upah minimum, modal usaha rendah serta sektor ini memberikan kemungkinan untuk mobilitas vertikal (Chris Manning dan Noer Effendi,76:1985).
Sektor informal sebagai fenomena yang khas di negara-negara sedang berkembang dapat berupa kegiatan produksi dan distribusi barang maupun jasa. Misalnya saja pedagang kaki lima, pedagang asongan, tukang kredit dan unit-unit kegiatan lainnya. Salah satu contoh pedagang kaki lima yang hendak dibahas di sini ialah pedagang angkringan atau sering disebut di kota Purwokerto sebagai pedagang wedang hik. Pedagang angkringan adalah model perdagangan makanan dan minuman dengan menggunakan gerobak dorong yang biasanya berjualan pada malam hari, adapun yang dijual oleh pedagang angkringan yaitu macam-macam gorengan seperti pisang goreng, tempe mendoan, tahu goreng, bakwan, nasi bungkus, teh dan jeruk panas maupun dingin dan lain-lain yang dijajakan pada malam hari mulai selepas maghrib hingga tengah malam. Sebagai model perdagangan makanan yang menjajakan pada malam hari, pedagang angkringan dalam menyajikan dagangan memiliki karakteristik yang hampir sama antara pedagang angkringan satu dengan pedagang angkringan lainnya dimana hal ini menjadi ciri khas yang membedakan mereka dengan pedagang makanan lainnya, baik dari kondisi makanan dan minuman yang disajikan sampai suasana yang santai penuh kekeluargaan dan keakraban baik dari pedagangnya maupun dari para pembelinya.
INGIN MEMILIKI FILE CONTOH SKRIPSI INI?? HANYA DENGAN RP. 35.OOO,
ORDER VIA CHAT WA.
NOMOR FILE SKRIPSI : Skripsi Sosiologi 2
Komentar
Posting Komentar